
Murianews, Kudus – Setiap pasangan suami istri (Pasutri) pasti mengharapkan mahligai perkawinannya bisa berjalan lancar hingga maut memisahkan mereka. Namun, Seiring perjalanan waktu, perkawinan ini berakhir dengan perpisahan atau perceraian.
Ada banyak hal yang menyebabkan pasangan suami istri terpaksa harus bercerai. Mulai dari faktor ekonomi, kesehatan, hingga campur tangan orang lain dalam rumah tangga.
Pada umumnya, perceraian tentunya menjadi salah satu hal yang sangat dihindari oleh semua pasutri. Selain dapat menyebabkan rasa stres, berpisah dengan orang tersayang bisa memicu seseorang mengalami trauma.
Nah, saat mengalami trauma ini jangan dibiarkan berlarut. Pasalnya, kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan jika tidak segera ditangani dengan tepat.
Cara Menghadapi Trauma Akibat Perceraian
Melansir dari Halodoc, perceraian akan menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi semua pasangan suami istri. Kondisi ini akan menjadi pengalaman yang menegangkan dan menguras emosi.
Apapun alasan yang memicu perpisahan tentunya hal ini dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam hidup. Kondisi ini juga rentan menyebabkan seseorang mengalami stres hingga depresi.
Bahkan, tidak sedikit seseorang yang mengalami perceraian mengalami trauma akibat pengalaman ini.
Trauma akibat perceraian bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Diputuskan sepihak oleh pasangan.
2. Kegagalan pasangan dalam menjaga komitmen.
3. Kerap mengalami tindak kekerasan dalam rumah tangga.
4. Adanya sosok idaman lain.
5. Tidak adanya dukungan dari keluarga maupun kerabat.
Saat kamu mengalami trauma, hormon adrenalin dan kortisol meningkat. Keduanya merupakan hormon yang bisa memicu stres. Kondisi juga dapat membuat detak jantung dan tekanan darah meningkat sehingga berisiko mengalami berbagai penyakit kronis.
Untuk itu, sangat penting melakukan berbagai langkah sederhana untuk menghadapi trauma akibat perceraian. Nah, berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan:
Terima Semua Perasaan yang Dialami
Langkah pertama menghadapi trauma adalah menerima semua perasaan yang sedang kamu alami. Sangat wajar jika kamu mengalami perasaan marah, kecewa, sedih, dendam, hingga kelegaan tertentu saat melalui fase ini.
Sebaiknya terima dan akui perasaan yang kamu rasakan. Mengabaikan dan menghilangkan perasaan secara paksa hanya memperpanjang perasaan duka yang dialami.
Kamu juga bisa merasakan cemas mengenai kehidupan selanjutnya. Namun, terimalah reaksi ini yang kemungkinan akan berkurang seiring waktu. Bahkan, jika kamu terus berada di dalam hubungan yang tidak sehat, tentunya hal ini dapat menyebabkan gangguan untuk kamu ke depannya.
Utarakan Perasaan pada Orang Terpercaya
Meskipun terbilang sulit untuk dilakukan, tetapi tidak ada salahnya untuk menceritakan dan mengutarakan semua perasaan yang kamu rasakan pada orang-orang yang kamu percaya. Hal ini cukup penting untuk dilakukan saat kamu berada dalam kondisi berduka agar semua perasaan bisa dilepaskan dengan baik.
Mengetahui bahwa orang lain menyadari perasaan yang kamu rasakan membuat kamu merasa tidak sendiri. Tentunya hal ini dapat menguatkan kamu untuk kembali bangkit dan menjalani kehidupan selanjutnya.
Percaya Kamu Bisa Melewati Masa Ini
Setelah mengalami perasaan negatif, sebaiknya percaya pada diri sendiri bahwa kamu bisa melalui masa ini. Terjebak dalam perasaan marah, dendam, dan kecewa membuat kamu kehilangan energi untuk bergerak maju ke fase hidup yang selanjutnya.
Habiskan Waktu dengan Hal Positif
Tentunya kamu bisa kembali menjalankan hidup baru dengan melakukan berbagai hal-hal positif. Bahkan, kamu juga bisa memilih untuk dikelilingi orang-orang yang bisa membangun semangat dan energi positif dalam hidup kamu. Luangkan waktu untuk melakukan berbagai hal yang sebelumnya tertunda.