Dosen Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) Purbowati mengutarakan, penyebab penyakit anemia adalah kekurangan zat besi dalam tubuh. Ini juga bisa dipengaruhi oleh lingkungannya.
’’Pola makan lingkungan sekarang kan aneh-aneh ya. Mulai dari makanan hingga minumannya,’’ jelasnya kepada Murianews.com, Senin (18/11/2024).
Apalagi, Purbowati melanjutkan, remaja sifatnya ingin show-off atau tidak mau kalah dengan lingkungannya. Jadi, mau tidak mau mereka ikut-ikutan.
Ia menjelaskan, anemia merupakan sebuah penyakit yang bisa berdampak dalam kurun waktu dekat maupun di masa depan. Dampak dalam jangka pendek yakni 5L sebagaimana disebutkan sebelumnya.
Sementara, dampak jangka panjangnya yakni menyebabkan mudah terjangkit penyakit deregeneratif. Bila saat remaja, anemia bisa saja ketika menjadi ibu hamil masih mengalaminya.
’’Anemia remaja ini merupakan masalah global. Dulu hanya ibu hamil yang perlu diperhatikan sekarang itu, sudah telat jika memperhatikan ibu hamil. Harus dari remaja diperhatikan,’’ terangnya.
Murianews, Kudus – Anemia atau kurang darah menjadi persoalan baru bagi remaja. Ciri remaja yang terkena anemia yakni 5L plus, lemah, letih, lesu, lungkai, dan lemas, plus kepala pusing.
Dosen Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) Purbowati mengutarakan, penyebab penyakit anemia adalah kekurangan zat besi dalam tubuh. Ini juga bisa dipengaruhi oleh lingkungannya.
’’Pola makan lingkungan sekarang kan aneh-aneh ya. Mulai dari makanan hingga minumannya,’’ jelasnya kepada Murianews.com, Senin (18/11/2024).
Apalagi, Purbowati melanjutkan, remaja sifatnya ingin show-off atau tidak mau kalah dengan lingkungannya. Jadi, mau tidak mau mereka ikut-ikutan.
Ia menjelaskan, anemia merupakan sebuah penyakit yang bisa berdampak dalam kurun waktu dekat maupun di masa depan. Dampak dalam jangka pendek yakni 5L sebagaimana disebutkan sebelumnya.
Sementara, dampak jangka panjangnya yakni menyebabkan mudah terjangkit penyakit deregeneratif. Bila saat remaja, anemia bisa saja ketika menjadi ibu hamil masih mengalaminya.
Akibatnya, anak yang dilahirkan bisa mengalami gizi buruk, stunting, dan kemungkinan buruk lainnya.
’’Anemia remaja ini merupakan masalah global. Dulu hanya ibu hamil yang perlu diperhatikan sekarang itu, sudah telat jika memperhatikan ibu hamil. Harus dari remaja diperhatikan,’’ terangnya.
Cara Mengatasinya...
Untuk cara mengatasinya, Purbowati mengimbau, agar anak remaja lebih gemar berolahraga. Melakukan gerakan tubuh setiap harinya.
Selain itu, istirahat yang cukup juga menjadi salah satu upaya penting mengantisipasi anemia. Remaja harus mampu membatasi diri dari begadang dan aktivitas yang mengganggu jam istirahat.
’’Problemnya saat ini adalah gadget. Banyak anak yang sudah kena ’rancun’ gadget sehingga lupa waktu dan mengganggu istirahatnya,’’ ungkapnya.
Pola makanan juga perlu diperhatikan. Tidak ada larangan untuk mengonsumsi jajanan di sekitar. Akan tetapi, perlu diperhatikan keseimbangan gizinya.
Jangan sampai kebanyakan mengonsumsi makanan manis, berlemak, asin terlalu banyak. Harus seimbang dan bijak dalam mengonsumsi makanan.
’’Kalau sudah makan manis ya minumnya jangan manis. Ditambahi sayur dan makanan bergizi lainnya,’’ ujarnya.
Porsi Gula dan Garam
Ia menyatakan, dalam sehari porsi gula yang diserap tubuh maksimal empat sendok makan. Sedangkan untuk garam maksimal satu sendok teh.
Lalu, minyak maksimal hanya lima sendok makan. Artinya perlu pemahaman bagi para remaja terkait hal ini.
’’Remaja harus terus diingatkan baik dari keluarga maupun sekolah tempat belajar. Sebab keseimbangan gizi mempengaruhi generasi emas ke depannya,’’ pungkas Dosen Program Studi (Prodi) Gizi UMKU itu.
Editor: Zulkifli Fahmi