Kamis, 22 Mei 2025

Murianews, Kudus – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar orang tua tak menyediakan makanan olahan ultra (ultra processed food) maupun junk food pada anak.

Menurut Ketua IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso, makanan olahan ultra memiliki kandungan yang minim serat, namun sangat tinggi kalori dan gula. Kandungan ini membuat indeks glikemik pada tubuh meningkat.

Kondisi itu membuat tubuh langsung mengubah makanan tersebut menjadi gula. Nah, gula dalam tubuh yang berlebih inilah yang menyebabkan potensi adiktif. Anak pun menjadi ketergantungan makanan olahan.

’’Kalau anak kita mengonsumsi (ultra processed food) di pasaran bebas ini akan sangat adiktif dan over konsumsi, sehingga akibatnya akan menjadi over kalori, obesitas dan seterusnya,’’ katanya seperti dikutip dari Antara, Rabu (17/7/2024).

Melansir dari British Heart Foundation, makanan olahan ultra biasanya memiliki bahan lebih dari satu dan jarang ditemukan bahkan tidak pernah ada di dapur.

Makanan ini memiliki zat aditif dan bahan-bahan yang biasanya tidak digunakan dalam masakan rumahan, seperti pengawet, pemanis, pewarna, pengemulsi, dan perasa buatan. Makanan ini umumnya memiliki umur simpan yang panjang.

Makanan olahan ultra ini sering kali mengandung kadar lemak jenuh, garam, dan gula yang tinggi. Dengan kandungan itu makanan olahan ultra sangat tidak disarankan untuk dikonsumsi, terutama pada anak maupun penderita penyakit tertentu.

Lantas apa saja yang masuk dalam makanan yang diolah secara ultra?

  1. Es krim,
  2. Ham,
  3. Sosis,
  4. Keripik,
  5. Roti yang diproduksi secara massal,
  6. Beberapa sereal sarapan,
  7. Biskuit,
  8. Minuman berkarbonasi atau soda,
  9. Yogurt rasa buah,
  10. Sup instan, dan
  11. Beberapa minuman beralkohol termasuk wiski, gin, dan rum.

Komentar

Sehat Terkini

Terpopuler