Kebersamaan itu sering kali terwujud dalam bentuk komunitas atau organisasi dokter, tempat para tenaga medis saling belajar, berjuang, dan berbagi nilai-nilai kemanusiaan.
Di Indonesia, komunitas dokter bukan hanya wadah profesi, melainkan juga ruang pengabdian dan solidaritas. Dari organisasi besar seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), hingga komunitas spesialis seperti PERDAMSI, masing-masing punya cerita dan peran penting dalam menjaga denyut kesehatan negeri.
Melalui IDI, para dokter dari berbagai latar belakang bisa terhubung dalam satu sistem yang rapi. Ada cabang di hampir semua provinsi dan kabupaten, bahkan sampai ke rumah sakit dan kampus kedokteran.
IDI menjadi wadah tempat dokter bisa meningkatkan kompetensi melalui pelatihan, seminar, hingga pengabdian masyarakat.
Namun, IDI bukan sekadar organisasi administratif. Di dalamnya, ada denyut kebersamaan yang kuat. Ketika pandemi melanda, IDI-lah yang menjadi garda koordinasi ribuan tenaga medis di seluruh Indonesia.
Mereka mengatur, melatih, dan menjaga agar setiap dokter tetap siap menghadapi situasi darurat tanpa kehilangan semangat kemanusiaan.
Murianews, Kudus – Di balik setiap tindakan penyelamatan di ruang gawat darurat, di pelosok desa terpencil, hingga di tengah pandemi yang melanda dunia, ada satu benang merah yang mengikat para tenaga medis: kebersamaan.
Kebersamaan itu sering kali terwujud dalam bentuk komunitas atau organisasi dokter, tempat para tenaga medis saling belajar, berjuang, dan berbagi nilai-nilai kemanusiaan.
Di Indonesia, komunitas dokter bukan hanya wadah profesi, melainkan juga ruang pengabdian dan solidaritas. Dari organisasi besar seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), hingga komunitas spesialis seperti PERDAMSI, masing-masing punya cerita dan peran penting dalam menjaga denyut kesehatan negeri.
IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
Sulit membicarakan dunia kedokteran tanpa menyebut Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Berdiri sejak 1950, IDI adalah rumah besar bagi seluruh dokter di tanah air.
Visinya sederhana tapi dalam: menjadi organisasi yang mandiri, beretika, profesional, dan menjunjung tinggi kesejawatan.
Melalui IDI, para dokter dari berbagai latar belakang bisa terhubung dalam satu sistem yang rapi. Ada cabang di hampir semua provinsi dan kabupaten, bahkan sampai ke rumah sakit dan kampus kedokteran.
IDI menjadi wadah tempat dokter bisa meningkatkan kompetensi melalui pelatihan, seminar, hingga pengabdian masyarakat.
Namun, IDI bukan sekadar organisasi administratif. Di dalamnya, ada denyut kebersamaan yang kuat. Ketika pandemi melanda, IDI-lah yang menjadi garda koordinasi ribuan tenaga medis di seluruh Indonesia.
Mereka mengatur, melatih, dan menjaga agar setiap dokter tetap siap menghadapi situasi darurat tanpa kehilangan semangat kemanusiaan.
FKTP, KREKI...
FKTP dan KREKI
Selain IDI, ada banyak komunitas dokter yang lahir dari semangat kolaborasi dan panggilan nurani. Salah satunya adalah Forum Komunikasi Dokter Layanan Primer (FKTP), tempat para dokter puskesmas dan klinik berdiskusi soal kasus, berbagi referensi, hingga menyusun pedoman praktik bersama.
Komunitas ini banyak berperan dalam menyebarkan edukasi kesehatan berbasis komunitas, terutama di wilayah dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Sementara itu, ada juga KREKI (Komunitas Relawan Kesehatan Indonesia) — wadah lintas profesi kesehatan yang selalu siaga ketika bencana datang.
Di komunitas ini, para dokter, perawat, dan relawan bekerja bahu-membahu memberikan pertolongan di lapangan. Mulai dari gempa, banjir, hingga pandemi, KREKI menjadi simbol nyata dari semangat kemanusiaan tanpa batas.
“Menjadi dokter bukan hanya soal ilmu medis, tapi juga soal kemanusiaan,” ujar salah satu relawan KREKI dalam sebuah liputan.
Dan itulah esensi dari komunitas ini: membantu tanpa pamrih, menyelamatkan nyawa dengan hati.
PerdamSI: Garda Depan Dokter Emergensi Indonesia
Di antara banyak komunitas dokter di Indonesia, satu nama menonjol karena kiprahnya di garis depan penanganan gawat darurat: Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia (PERDAMSI).
Organisasi ini menaungi para dokter yang bekerja di bidang kegawatdaruratan medis — mereka yang menjadi ujung tombak di Instalasi Gawat Darurat (IGD), bencana alam, hingga krisis kesehatan.
Menurut laman perdamsi.id, PERDAMSI adalah organisasi profesi dokter spesialis emergensi yang didirikan pada tahun 2014. PERDAMSI merupakan wadah bagi para dokter spesialis emergensi untuk mengembangkan profesionalisme dan pelayanan emergensi di Indonesia.
Sebagai organisasi profesi, PERDAMSI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan emergensi melalui pendidikan, penelitian, dan pengembangan standar pelayanan emergensi yang berkualitas.
Visi mereka jelas yakni “Menjadi wadah unggulan dan profesional dalam bidang kedokteran emergensi di Indonesia.” Sementara misinya antara lain meningkatkan kapasitas dokter emergensi melalui pendidikan, penelitian, advokasi, serta memperkuat sistem kegawatdaruratan nasional.
Dokter Muda...
Dokter Muda, Suara Baru yang Kritis
Tak ketinggalan, generasi dokter muda juga punya wadah tersendiri. Pergerakan Dokter Muda Indonesia misalnya, hadir sebagai ruang aspirasi bagi para dokter muda dan dokter internship yang ingin memperjuangkan kesejahteraan profesi.
Mereka aktif berdialog dengan pemerintah, menyuarakan isu ketenagakerjaan, jam kerja yang manusiawi, dan perlindungan hukum bagi tenaga medis.
Gerakan ini menunjukkan bahwa komunitas dokter kini tak lagi hanya berisi diskusi medis, tapi juga forum advokasi dan pembentukan karakter profesionalisme yang kuat sejak dini.
Dari ruang rapat IDI hingga tenda darurat KREKI, Keberadaan komunitas-komunitas ini menjadi tulang punggung profesionalisme dokter Indonesia sekaligus benteng terakhir ketika negara menghadapi krisis kesehatan.
Harapannya, dengan semakin banyaknya kolaborasi lintas komunitas, dokter di Indonesia tak hanya dikenal karena keahliannya, tapi juga karena kepeduliannya terhadap sesama manusia.