Informasi itu makin masif beredar setelah komedian berbakat Babe Cabita meninggal dunia akibat penyakit anemia aplastik. Lantas, bagaimana penjelasannya?
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan, informasi tersebut belum sepenuhnya benar meski ada beberapa jenis obat yang berpotensi menyebabkan anemia aplastik.
Namun, menurutnya, kasus anemia aplastik yang diakibatkan dari mengkonsumsi obat-obatan jarang terjadi.
”Kejadian anemia aplastik akibat obat termasuk jarang. Apalagi seperti obat sakit kepala yang hanya digunakan dalam jangka pendek, jika perlu saja,” kata Zullies, dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (24/4/2024).
Sepengetahuan Zullies, hingga kini belum ada kejadian anemia aplastik akibat obat yang dilaporkan lembaga pengawasan obat pascapemasaran di Indonesia.
Murianews, Kudus – Ramai di sejumlah platform membahas soal banyaknya obat sakit kepala dapat memicu anemia aplastik. Kondisi ini bikin gaduh karena obat itu dijual bebas dan banyak digunakan.
Informasi itu makin masif beredar setelah komedian berbakat Babe Cabita meninggal dunia akibat penyakit anemia aplastik. Lantas, bagaimana penjelasannya?
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan, informasi tersebut belum sepenuhnya benar meski ada beberapa jenis obat yang berpotensi menyebabkan anemia aplastik.
Namun, menurutnya, kasus anemia aplastik yang diakibatkan dari mengkonsumsi obat-obatan jarang terjadi.
”Kejadian anemia aplastik akibat obat termasuk jarang. Apalagi seperti obat sakit kepala yang hanya digunakan dalam jangka pendek, jika perlu saja,” kata Zullies, dikutip dari laman resmi UGM, Rabu (24/4/2024).
Sepengetahuan Zullies, hingga kini belum ada kejadian anemia aplastik akibat obat yang dilaporkan lembaga pengawasan obat pascapemasaran di Indonesia.
Kasus anemia aplastik...
Apalagi, obat sakit kepala yang beredar di Indonesia sudah mendapat izin BPOM dan aman digunakan.
”Selama digunakan sesuai dengan petunjuk pemakaiannya. Adanya informasi pada kemasan tentang risiko menyebabkan anemia aplastik memang perlu dicantumkan sesuai aturan BPOM, walaupun kejadiannya sangat jarang, yaitu 1 kasus per 1 juta pengguna,” katanya.
Ia pun mengimbau masyarakat tak perlu khawatir saat mengkonsumsi obat-obat sakit kepala. Bila mengalami gejala sakit kepala yang terus menerus dan tak kunjung sembuh, ia menyarankan agar segera memeriksakan diri ke dokter.
”Karena mungkin merupakan gejala adanya gangguan penyakit lain yang lebih berat,” katanya.
Zullies juga mengimbau agar rutin memantau efek samping obat-obatan apapun yang digunakan. Terlebih, bila obat tersebut digunakan dalam jangka waktu yang lama atau dengan dosis tinggi.
”Jika mengalami gejala yang mencurigakan seperti kelelahan yang tidak biasa, mudah memar, atau infeksi yang sering, sangat penting untuk segera menghubungi dokter,” paparnya.
Penjelasan BPOM
Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI), Noorman Effendi mengatakan, risiko efek samping dari obat sakit kepala sudah sesuai dengan persetujuan BPOM.
Itu dilakukan saat pihaknya melakukan perpanjangan izin edar atau pendaftaran ulang di 5 November 2020. Pencantuman itu juga berdasarkan hasil evaluasi dan kajian BPOM.
”Jadi berdasarkan hasil evaluasi dan kajian BPOM, penambahan risiko anemia aplastik sebagai efek samping obat, tetap harus dicantumkan dalam kemasan. Meskipun untuk kejadian ini frekuensinya terkategori jarang (rare) yaitu 1 kasus per 1 juta pengguna,” jelasnya dikutip dari Detik.com.
Maka dari itu, masyarakat diminta untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut sesuai dengan aturan sebagaimana tertera pada kemasan dan digunakan dalam jangka pendek.